Selasa, 05 Mei 2009

sebuah renungan perkembangan iptek di indonesia

Sebuah renungan Pengembangan IPTEK di Indonesia

Agung:

IPTEK terdiri dari dua kata:

1. Ilmu Pengetahuan; bidang ini lebih dekat dengan budaya. Fakultas
yang terkait dengan bidang ini seperti Fakultas Pendidikan dan MIPA
(Sains)

2. Teknologi; bidang ini lebih dekat dengan industri. Fakultas Teknik,
Desain dst.

Mana yang harus lebih dulu?

1. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, kemudian baru teknologi.

2. Mengembangkan Teknologi kemudian Ilmu Pengetahuan.

Sekarang silakan lihat beberapa kasus:

I. Bangsa Indonesia.

Sejak Pak Harto berkuasa, Pemerintah Indonesia lebih mendahulukan
pembangunan ekonomi barulah membangun bidang-bidang lain seperti
Pendidikan. Dampaknya:

1. Proyek Mercusuar.

Pak Habibie memiliki Jargon :”Membangun dari akhir dan mengakhiri di awal”

Maksudnya, membangun kekuatan teknologi dahulu, kemudian barulah
membangun pendidikan dan riset dibidang sains. Akhirnya, dana
triliunan rupiah disalurkan ke BUMN-BUMN seperti IPTN, PT. PAL dst.
Sementara itu lembaga pendidikan tetap lah menjadi lembaga yang
miskin; dosen-dosen yang jujur tetaplah miskin (sekali), apalagi para
guru.

Disaat yang sama, BUMN-BUMN menjadi sarang korupsi, karena proyek
infrastruktur, pesawat dll.

Berbarengan dengan itu, perusahaan-perusahaan Amerika juga
dipersilakan mengeruk kekayaan alam Indonesia sepuas-puasnya,
sebagaimana yang dilakukan oleh Freeport dan Exxon. Orang Indonesia
juga ada sih yang menguasai teknologi mereka, tapi teknologi kelas
teri, sehingga jadilah mereka sebatas buruhnya Amerika dan Israel.

Perusahaan-perusahaan ini juga merupakan proyek mercusuar; sementara
mereka menghasilkan miliaran dolar perbulannya, begitu banyak warga
disekitar perusahaan tersebut yang sangat miskin. Contohnya Freeport.

2. Banjir barang impor

Karena rezim Soeharto mendahulukan ekonomi, maka para insinyur yang
lulusan dari luar negeri, seperti Amerika Serikat dan Jepang,
berlomba-lomba menjadi agen barang dari negara tempat mereka
bersekolah. Akhirnya maraklah negeri ini dengan mobil buatan Jepang,
TV buatan Belanda dll.

Kebetulan, almarhum Bapak saya (Sutomo Susito) juga lulusan
Universitas Kyoto, dan pernah menjabat sebagai Direktur di Toyota
Astra Motor (1982-1985), jadi sedikit banyak tahu juga mengenai
industri otomotif di Indonesia.

Sebetulnya, industri otomotif, relatif termasuk industri yang lumayan
berkontribusi di Indonesia. Dari tahun 1960-an s/d sekarang, orang
Indonesia tidak sebatas jualan mobil, tapi juga ada manufakturnya.
Tapi, setelah berpuluh-puluh tahun, tetap saja alih teknologi tidak
terjadi.

Setelah 40 tahun bangsa kita menganut paham di atas, yang terjadi adalah:

1. Pengangguran semakin meledak.
2. Sumber Daya Manusia semakin menurun kualitasnya.
3. Sumber Daya Alam rusak serusak-rusaknya.(Banjir, longsor, dst)
4. Rakyat semakin miskin dan semakin tidak makmur.
5. Gaya hidup semakin meningkat.(Gaya hidup selebriti menjadi anutan
mulai dari pelajar s/d ustadz. Ustadz yang dihargai masyarakat adalah
Ustadz yang Selebriti)

II. Malaysia

Setahu saya, Malaysia membangun bangsanya dengan memajukan pendidikan
terlebih dahulu. Gaji guru dan dosen diperbaiki. dst.

BUMN2x mereka, seperti PETRONAS, bukanlah prioritas utama. Ketika itu,
tahun 1970-an, PETRONAS masih nothing dibanding PERTAMINA. Setelah
30-an tahun, kita bisa melihat bagaimana kemajuan yang mereka capai.

III. Amerika Serikat

Orang bilang, Amerika Serikat tertolong oleh Hitler. Karena perang
dunia ke-II, banyak ilmuwan Eropa lari ke Amerika Serikat.

Selain itu juga, Pemerintah AS berlomba membuat senjata yang lebih
canggih dengan Jerman. Riset tidak bisa dilakukan di Eropa, karena
mereka sedang dalam perang. Untuk membuat senjata yang lebih canggih
itu, dibutuhkan ilmuwan yang dapat membuat senjata yang belum pernah
dibuat oleh kompetitornya; disinilah para fisikawan berperan. Munculah
bom atom.

Setelah PD II selesai, fisikawan banyak yang nganggur. Tapi, karena
fisikawan ketika itu cukup terkenal, maka suara mereka cukup didengar.
Ketika itu fisikawan di AS sepakat, untuk ramai-ramai melakukan
penelitian mengenai fisika atom. Jadilah dana riset (yang tadinya
diperuntukkan membuat senjata) dialokasikan ke riset fisika atom.

Ternyata riset fisika atom ini pun dampaknya ke bidang teknologi;
munculah transistor. Dst … Dst.

=============================

KESIMPULAN:

Kita hidup di zaman transisi.

Kita sekarang hidup di era setelah orde baru, yang mengagungkan
ekonomi. Dampak baik-buruknya kita sudah tahu bersama.

Memulai dari perkembangan (bubble) ekonomi, dengan mendahulukan
teknologi mercusuar dan mengesampingkan pendidikan dan sains, hanyalah
membawa bangsa ini ke bencana.

Hendaknya sejarah suram ini bisa dijadikan pelajaran. Mari kita
majukan sains dan pendidikan untuk masa depan anak-anak kita yang
lebih baik.

Selain itu, kita juga hidup diawal abad 21; biasanya setiap awal abad
akan terjadi trend baru. Misal, awal abad 20 terjadi transisi dari
fisika Newtonian ke fisika kuantum yang berdampak pada transisi
teknologi mekanik ke teknologi elektronik.

Sekarang ini kita belum tahu trend apa yang akan terjadi; maka dari
itu kita harus berfikir melakukan riset di bidang sains, agar
kesalahan tertinggal dibanding bangsa lain tidak terulang lagi.

Kalau perlu, umat Islam harus membuat suatu ijtihad baru, yang dapat
menyebabkan revolusi sains, sehingga kita tidak menjadi umat yang
pariah alias pecundang dalam percaturan dunia.

Wass.,

Tidak ada komentar: